Rabu, 26 Februari 2014

Pantai Yen Bebai (Pantai Pasir Putih)

Pantai_pasir_putih
Terletak sekitar 5 km dari pusat Kota Manokwari dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan waktu 15 menit Pantai ini sangat nyaman untuk rekreasi berenang, jemur panas, pasirnya putih dan berombak kecil. Kawasan ini memiliki pulau-pulau yang panorama alamnya sangat indah dan tenang di pulau-pulau in ada masyarakat nelayan dengan perkampungan tradisional. Di beberapa pulau ini terdapat hamparan terumbu karang dengan jenis-jenis biota lautnya dari cocok untuk kegiatan selam.

Bendungan Prafi


dendungan papua
Obyek wisata bendungan prafi merupakan bendungan buatan Dinas PU. Perjalanan dari Kota Manokwari menuju tempat wisata ini dapat ditempuh dengan waktu 1 jam perjalanan darat menuju ke arah Selatan.
Di Obyek wisata ini anda juga diperbolehkan mandi di bendungan ini dan mengambil gambar untuk berfoto dengan background alam pegunungan dan sungai yang indah. Setelah lelah menikmati keindahan bendungan, pengunjung dapat beristirahat sejenak menikmati makanan di Warung Sabar Menanti di sekitarObyek wisata ini.

sumber Hanif Isnaini

CAGAR ALAM PEGUNUNGAN WONDIBOY




Potensi Biofisik
Pegunungan Wondiboy terasing dari rangkaian barisan pegunungan tengah dan terbuka dari semua jurusan ke laut. Kawasan ini termasuk dalam wilayah biogeografis yang unik yang letaknya di tengah antara gunung-gunung di daerah Kepala Burung dan Pegunungan Tengah. Vegetasinya menutupi lapisan batuan metamorfosis alpidik, kecuali dibagian selatan semenanjung yang terbentuk dari karbonat podzolik atas. Tipe hutan dalam kawasan CA Pegunungan Wondiboy termasuk ke dalam tiga lingkungan utama yaitu dataran rendah, kaki perbukitan, dan zone pegunungan yang rendah.


Faunanya belum diketahui secara lengkap, tetapi tercatat 169 jenis burung, 55 diantaranya terbatas hanya pada elevasi di atas 1.000 m. Diantaranya 12 jenis burung dewata termasuk 2 jenis endemik Kepala Burung, yaitu: Astrapia nigra dan Parotia sefilata. Jenis endemik lainnya diantaranya burung namdur Amblyornis inornatus, Melipotes gymnops dan Rallicula leucopsila. Mamalia kurang banyak diketahui tetapi dari marsupialia tercatat 3 jenis kangguru pohon, satu jenis walabi hutan, satu jenis kuskus ekor kait, oposum layang, 2 oposum, 3 kuskus, 2 bandikut, kucing (marsupial cat), dan 3 jenis tikus berkantung. Enam jenis kelelawar terdapat di sini termasuk Pteropus pohlei dan sejumlah rodenta.


Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy bernilai penting sekali untuk sistem peyangga kehidupan masyarakat di Kabupaten Teluk Wondama dan untuk mendukung pelestarian laut di bawahnya yang merupakan kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.




Aksesibilitas dan Obyek Daya Tarik Wisata
Cagar Alam Pegunungan Wondiboy dapat diakses dari kota Manokwari dengan kapal maupun pesawat twint-otter menuju kota Wasior. Selanjutnya dari kota Wasior kawasan cagar alam tepat berada di belakang kota. Kawasan ini mempunyai nilai sosial budaya yang tinggi bagi masyarakat di sekitar kawasan. Semua kebutuhan air bersih masyarakat dipenuhi dari kawasan ini. Dari dalam kawasan mengalir sungai-sungai besar yang airnya sangat jenih. Landscape pegunungan memberikan daya tarik tersendiri kawasan ini dari kejauhan. Kawasan ini seolah-olah sebagai background kota Wasior dan kampung-kampung disekitarnya. Keragaman flora dan fauna endemik Papua juga dapat dijumpai di dalam kawasan ini.


Sumber: Petocz, Ronald G. 1987. Konservasi Sumber Daya Alam dan Pembangunan di Irian Jaya diterjemahkan oleh Slamet Soeseno. Jakarta: Pustaka Grafitipers.


Oleh : Tim Redaksi

Sentani Lake Festival


 
 
Cultural feast “ Sentani Lake Festival (FDS)”, by the government and society Jayapura on 19-23 June 2010 to present diverse charm of Papua, on the theme "Loving Culture For Our Future".

"The theme is to motivate all citizens to love its existence as a civilized human being through the strengthening of cultural character by protecting and conserving nature of Papua, especially the indigenous communities of Sentani Lake."


To achieve these objectives, FDS 2010 which is a grand cultural feast third time after 2008 and then was, held with the three main concepts namely the concept of a performance, exhibition and tourism concept.



 
 
The concept will feature performances of cultural attractions and competitions with a view typical colossal dance Papua and Indonesian, music and songs, traditional folk games, art and cultural competitions and other arts attractions.

FDS 2010 exhibition aimed at promotion, insvestasi and trade through the booths that showcase the economic potential in Papua such as mining, forestry, fishery, plantation and tourism.

It is expected that this exhibition could open the door for capital investment and economic prospects in the earth of Kenambai Umbai Jayapura and the earth of Cenderawasih Papua.

FDS tourism concept in 2010 offered to the public to enjoy a tour of interesting sights around Sentani Lake and the surrounding areas.

 
 
 
 
 
 
This tour, among others, is a fieldtrip lake Sentani, fieldtrip Tablanusu Sea Tourism Village, ceremonial monument Japanese History of World War II in Village Genyem (at 18 June 2010) and others.

The series of other activities are typical culinary Papua and Indonesia, the exhibition charm typical of orchids and ornamental plants of Papua, book stalls as well as cultural and historical charm Papua evening fireworks over Lake Sentani.

FDS 2010 was held on June 19 to 23 and concentrated in Kalkhote Tourism Region, Sentani Lake, Jayapura.


This grand cultural feast annually receive full support from all particular and society of Jayapura Regency in in all the land of Papua general and especially the indigenous peoples Sentani-Jayapura supported as the host and owner of the rights of indigenous tourism area of Lake Sentani.

"Supporting the community regarding the implementation of this grand cultural feast looks from pertisipasi community in preparing for this festival. Everything is working with the spirit of mutual cooperation , Working Toward One Whole Cheerful success “ Satu Utuh Ceria Berkaraya Menuju Kejayaan” or “Helem FOI “ ... “Kenambai Umbai”.

The customary holders or Ondoafi a Sentani region, among others, through the Chairman of the Traditional Authority Sentani, “Franzalbert Yoku”, has provided moral support for the success of this cultural feast.

"In essence, we strongly support the Ondoafi Jayapura Regency Government efforts in promoting cultural and traditional customs, the people of Sentani. For that, let us hand in hand and full responsibility for the successful party of the people, our common cultural feast," said Yoku Franzalbert.

 
 


source: sentanilakefestival.com

Ekowisata di kepala burung pulau papua

Pegunungan Arfak yang berada di ‘kepala-otak burung Papua’ adalah sebuah kawasan cagar alam dengan luas mencapai 68.325 hektar dengan ketinggian mencapai 2940 meter di atas permukaan laut. Cagar alam pegunungan Arfak berada di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat. Membentang di antara Distrik Menyambouw Warmare, Ransiki, Anggi dan Oransbari. Wilayah ini hanya berjarak kira-kira 35 km dari kota Manokwari. Diperlukan 2 hari berjalan kaki untuk sampai di tempat itu. Saat ini, sudah bisa dicapai menggunakan kendaraan roda empat jenis off-road 4X4 atau ‘ranger’ (sebutan masyarakat setempat untuk jenis mobil ini) dengan tarif Rp. 80 ribu – Rp. 300 ribu per orang. Bisa juga dengan menggunakan pesawat terbang jenis twin otter dan cesna dengan waktu tempuh sekitar 25 menit dengan tariff Rp. 300 ribu per orang.
Cagar alam pegunungan Arfak masih menyimpan banyak misteri yang sampai kini belum terungkap, mulai dari kehidupan flora-fauna, termasuk ribuan jenis tumbuhan anggrek, legenda ikan Houn (sejenis belut) di dua danau yang diapit oleh sebuah “perbukitan firdaus” bernama bukit Kobrey. Dua danau itu adalah Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita yang berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kehidupan seputar goa-goa, termasuk goa yang kedalamannya mencapai 2000 meter juga masih menyimpan selaksa misteri.
Menurut informasi Yoris Wanggai, salah seorang tourist guide di Manokwari, sudah sekian banyak peneliti mancanegara mendatangi tempat-tempat ini namun tidak membawa hasil penelitian yang maksimal oleh karena keterbatasan waktu berkunjung. Umumnya, para para peneliti hanya memiliki waktu 1-2 minggu saja di pegunungan Arfak, dan itu jauh dari cukup untuk mengetahui misteri-misteri yang tersimpan rapi di Pegunungan Arfak itu. “Rasanya tidak cukup waktu. Jika kami di sini, terasa hanya sebentar. Kami tidak puas,” demikian salah satu kutipan pernyataan para wisatawan yang sampaikan Yoris saat berbincang dengan E-I ketika mengunjungi obyek wisata alam dua danau di bukit Kobrey, Agustus lalu.
Pegunungan Arfak ini adalah ekosistem yang mewakili tanah Papua oleh karena dihuni beberapa habitat yang dilindungi, seperti kehidupan berbagai jenis satwa seperti kupu-kupu sayap-burung (ornithoptera-sp) yang menjadi buruan kolektor kupu-kupu internasional. Kupu-kupu jenis ini oleh masyarakat suku Arfak sudah ditangkarkan. Salah satunya di kampung Iray, di dekat danau Anggi Giji. Kawasan ini dihuni pula oleh Cendrawasih Arfak (Astrapia-nigra). Berbagai jenis tumbuhan antara lain pohon Arwob atau dodonia fiscosa, tumbuhan khas pegunungan Arfak. Juga terdapat kayu Masohi yang rasanya pedas seperti permen menthol, berguna untuk penambah selera makan. Dan masih banyak kekayaan flora-fauna lagi yang menghuni wilayah ini.
Menurut data pemerintah kabupaten Manokwari, pegunungan Arfak ini memiliki tidak kurang 110 jenis mamalia, 333 jenis burung, yang beberapa jenis merupakan endemik, pegunungan Arfak. Salah satunya adalah burung Namdur Polos (Bowerd Bird). Burung ini, oleh suku Arfak Moley dinamai burung Mbrecew, yang berarti pintar atau pandai berkicau, oleh karena bisa menirukan suara-suara lain dan bunyi apa saja. Burung ini juga mampu membuat sarang (bower) dari dedaunan, rumput kering, dan tangkai anggrek hutan, yang dibuat menyerupai rumah dan meletakkannya di atas pohon maupun di tanah.
Tidaklah heran jika sejumlah ahli yang pernah datang meneliti di kawasan ini menyatakan bahwa sejarah telah mencatat pegunungan Arfak punya arti penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di masa mendatang dan sangat layak dijadikan perpustakan data genetik yang bisa diolah untuk aneka jenis obat dan ramuan tradisional. Data etno-botani menyebutkan cagar alam pegunungan Arfak juga kaya akan aneka jenis tumbuhan yang bisa diolah menjadi obat bius dan obat perangsang, namun sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Salah seorang mahasiswa peneliti S2 Botani IPB Bogor, Hengky Wambraw, ketika sempat bertemu dengan Penulis  di hutan lindung Gunung Meja Manokwari, mengatakan kehidupan keanekragaman hayati di kawasan pegunungan Arfak menjadi incaran para peneliti biologi, botani, geologi, ekologi, tidak terkecuai peneliti serangga dan burung baik dari luar negeri maupun local. Mereka ingin sekali berkunjung ke sana. Hengky juga sempat menginformasikan kepada E-I untuk berhati-hati menyentuh tumbuhan liar saat berkunjung ke wilayah pegunungan “misterius” itu karena beberapa di antaranya ada yang mengandung racun, ada pula yang bisa dijadikan obat.
Suhu sekitar danau sangat dingin. Apalagi di bukit Kobrey yang bisa mencapai 6 derajat celsius. Oleh masyarakat suku Sough di kampung Iray, bercocok tanam hortikultura seperti kentang, wortel, daun bawang, seledri, berbagai jenis bunga antara lain Gladiol Anggi, Rhododenrum, merupakan pilihan tepat. Mereka belum mengenal pestisida. Tanaman tumbuh subur terhindar dari zat-zat kimia dan toxic yang berbahaya. Sayang sekali, hasil panen mereka masih sulit untuk dipasarkan keluar areal perkampungan mereka karena biaya pengangkutan yang tinggi, tidak menutupi ongkos pergi-pulang seperti ke Ransiki atau kota Manokwari. Mereka masih sangat berharap jika pedagang dari luar datang membeli hasil panen mereka.
Keunikan lain yang dapat dijumpai di pegunungan Arfak adalah kehidupan sosial masyarakat asli Mandacan yang terdiri dari beberapa suku seperti suku Meyakh, suku Sough, suku Hatam dengan beragam bahasa serta tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Di antaranya, seorang lelaki wajib berjalan di belakang perempuan baik anaknya maupun istrinya. Kita juga dapat menjumpai budaya Arfak yang berkenaan dengan prosesi ritual pengucapan syukur yang disimbolkan dengan tarian Magasa, sejenis tari ular. Biasanya, hampir setiap musim panen, perkawinan atau menyambut tamu, tarian ini dipertunjukkan.
Rumah tradisional Arfak disebut Igkojei, yang oleh suku Sough disebut Tumisen, terkenal dengan tahan lama dan kokoh, karena tiang yang banyak terbuat dari jenis kayu bua yang tidak mudah patah meskipun hanya berdiameter 5-10 cm. Rumah Tumisen ini juga sering disebut rumah kaki seribu karena tiangnya yang banyak. Saat ini keaslian rumah Igkojei atau Tumisen sudah mulai langkah apalagi atap yang asli dari rumput ilalang rat-rata sudah diganti menggunakan seng.
Masih tersimpan banyak keunikan dan keindahan lainnya lagi yang bisa kita dapatkan di kawasan pegunungan Arfak. Sungguh, waktu 2-3 hari di sana adalah waktu yang begitu singkat.
Jika Anda peneliti atau mahasiswa, petualang, professional ataupun hobbies fotografi flora-fauna, ataupun Anda tergolong “wisatawan modern/minat khusus”, segera datang di Papua Barat. Jelajahi pegunungan Arfak, telusuri goa terdalam di dunia, berkeliling di dua danau Anggi dan buktikan kepada dunia bahwa Anda-pun turut serta berperan “menyelamatkan” hutan Papua. (Fredy Tewu)

pada Oktober 11, 2010 

Ditulis dalam pesona alamm

Pasar Hamadi Surga Belanja di Jayapura

HAMADI.1.JPG.gif
Siapa yang bisa menghindari kenikmatan belanja? Semua orang, tak hanya wanita, tetapi juga kaum pria pastilah menyukai kegiatan ini. Nah, jika anda bosan dengan tempat shopping yang ada di kota-kota besar, kini saatnya mengunjungi tempat shopping asyik yang terletak di sudut Indonesia, yaitu Jayapura.
Tempat shopping di sini tentu saja menawarkan aneka kerajinan khas Papua, yang unik dan memikat mata siapa saja.
 
Nah, jika anda mengunjungi Jayapura, jangan lupa untuk singgah di Pasar Hamadi, demikian dikatakan oleh Ibu Nurhaini, salah satu pemilik kios yang menjual pernak-pernik dan hasil kerajinan budaya Papua.
 
Para pedagang hasil kerajinan, yang kebanyakan dari Suku Bugis dan Makasar umumnya melanjutkan usaha dari orang tuanya yang sudah turun-temurun. Ada sekitar 8-10 kios yang tersusun rapi di sepanjang Jalan Argapura – Pasar Hamadi ini, yang semuanya menjual hasil kerajinan tangan dan pernak –pernik khas budaya Papua yang berasal dari Wamena, Sentani dan bahkan perbatasan Papua New Guinea.
 
 HAMADI_3.jpg.gif
Pasar Hamadi, yang sejak keberadaannya dibuat sudah menjadi salah satu tempat wisata yang dikunjungi bukan hanya untuk turis domestik saja melainkan turis dari luar negeri. Pasar Hamadi ini beroperasi setiap hari, dari pukul 09:00 – 22:00 WIT, biasanya ramai dikunjungi pada saat menjelang liburan sekolah ataupun libur Hari Raya Besar.
 
Apa saja yang ditawarkan di Pasar Hamadi ini? Mari kita lihat satu per satu. Pertama, saya sangat tertarik dengan kerajinan patung-patung kayu dengan motif asmat, ukiran dipahat dengan sangat detail dan terlihat rapi, ada yang dicat dengan warna hitam ataupun dipernis saja sehingga terlihat lebih natural.
 
Harga patung yang ditawarkan cukup bervariasi, ukuran kecil – sedang sekitar Rp 60.000 – Rp 100.000. Ukuran besar 150.000- 400.000. Sementara pajangan dinding dengan relief patung yang berbentuk oval, berkisar Rp 400.000 – Rp 1.500.000.
 
  hamadi_4.jpg.gif
Pajangan ini biasanya dibuat oleh penduduk yang tinggal di perbatasan Papua New Guinea. Ada juga Tifa, umumnya diproduksi oleh penduduk Sentani, ditawarkan dengan harga Rp 150.000; sementara Tifa yang diproduksi oleh Suku Asmat lebih mahal karena terbuat asli dari kulit biawak, dijual seharga Rp 1.500.000.
 
Lukisan kulit kayu pun tak kalah menariknya, dengan motif burung cenderawasih, didesain dengan perpaduan warna yang cerah dan eksotis ditawarkan dengan kisaran harga Rp 35.000 – 150.000 ukuran kecil-sedang, sementara ukuran besar sekitar Rp 750.000 – Rp 1.000.000.
 
Sementara pernak-pernik yang diadopsi dari kebudayaan masyarakat papua sehari-hari, seperti: koteka dijual dengan harga Rp 30.000 – Rp 90.000., pajangan kampak Rp 75.000.
 
Konon masyarakat Papua dalam berburu menggunakan 3 buah alat, antara lain: panah, tombak dan tulang kasuari. Saya melihat pajangan tulang kasuari ini begitu unik, lengkap dengan sarungnya dijual seharga Rp 125.000.
 
 HAMADI_2.JPG.gif
Noken, tas rajutan dari serat kayu, yang merupakan khas penduduk Wamena dijual dengan harga Rp 75.000 – Rp 150.000 untuk ukuran kecil – sedang, sementara ukuran besar, yang dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Wamena digunakan untuk menggendong anak di belakang dijual seharga Rp 400.000 – Rp 500.000.
 
Ikat kepala atau lebih tepatnya mahkota yang biasa dipakai oleh Kepala Suku pada saat acara adat, juga tersedia di tempat ini, ditawarkan dengan harga yang cukup mahal. Desain yang sederhana namun tetap mengandung unsur etnis, dijual dengan kisaran harga Rp 150.000, sementara desain dengan perpaduan warna bulu burung kasuari yang sangat cantik dan mewah ditawarkan dengan harga Rp 500.000 – Rp 850.000.
 
Bagi kaum wanita yang suka sekali dengan asesoris yang etnik, tersedia juga berbagai macam jenis kalung, gelang tangan, gelang kaki, cincin, ikat rambut yang desain cantik dan pastinya ketika anda melihat akan dibuat tertarik untuk membelinya. Harga yang ditawarkan dari Rp 5.000 – Rp 75.000. Tas rajutan khas Papua sebagai pelengkap penampilan dijual seharga Rp 125.000.
 
Dan masih banyak lagi pernak-pernik unik dan etnis yang disediakan di tempat ini, dan semuanya itu tidak kalah bagus dan menarik dibandingkan produk luar negeri. Mari kita lestarikan produk anak bangsa dengan menggunakan produk dalam negeri.

oleh : Ria Juniwati-Arnelia Triwardini
 
 

Pantai Tanjung Kasuari

Pantai Tanjung KasuariPantai Tanjung Kasuari terletak di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Pantai yang indah tersebut menjadi salah satu tempat rekreasi utama yang paling sering dikunjungi hampir setiap harinya oleh masyarakat Sorong maupun dari luar Sorong.

Pantai Tanjung Kasuari

Pantai Tanjung Kasuari Berjarak sekitar 7 Km dari pusat kota Sorong.Pantai Tanjung kasuari bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan Roda empat maupun roda dua.kalo yang tidak punya kendaraan juga ada angkot yang menuju Pantau Tanjung Kasuari.

Pantai Tanjung Kasuari

Udara yang sejuk, pasir yang cukup putih, air laut yang cukup jernih serta banyak hamparan pohon kelapa di sekitar pantai. membuat orang-orang dari daerah sorong dan sekitarnya senang untuk berekreasi kesana.apalagi di waktu sore atau di akhir pekan.Wisata Indonesia Surga Dunia.

Panorama Gunung Botak

Oma Gertraud bersama dua tukang ojek di Gunung Bot

Seorang Oma dari Jerman yang bernama Gertraud mengirim e-mail dan meminta saya mengantarnya melihat beberapa kampung di sekitar Manokwari sehingga dia bisa bertemu penduduk asli Papua. Sewaktu masih sekolah dulu, Oma Gertraud sering diceritakan oleh gurunya tentang pemandangan Papua yang indah sekali dan keramahan penduduknya. Gurunya Oma Gertraud itu pernah tinggal lama di Papua. Sayang sekali saya lupa menanyakan nama dari guru itu.
Ketika tiba di Manokwari, saya pun mengantar Oma Gertraud ke Ransiki. Kami naik kendaraan umum yang mengantar kami melewati kawasan pesisir sebelah timur Pegunungan Arfak. Di sebelah kiri kami adalah tebing-tebing yang curam dengan pemandangan lautan biru yang menakjubkan. Sementara itu di kanan adalah Pegunungan Arfak yang terjal dan gagah perkasa, tempat burung-burung surga berdansa di dahan-dahan pohon di pagi hari.
Setelah tiba di kota Ransiki, saya segera mencari 2 tukang ojek yang bersedia membawa kami ke Gunung Botak. Masing-masingnya meminta 100 ribu rupiah. Kendaraan yang akan kami tumpangi ke sana adalah satu buah sepeda motor merek Honda Revo dan sepeda motor 2 tak merek Yamaha. Sebelum berangkat, kami singgah sebentar di sebuah warung yang menjual bensin. Tak lama kemudian, perjalanan ke Gunung Botak dimulai. Kami melewati Distrik Momi Waren dengan kampung-kampungnya yang berjejer di kedua sisi jalan. Sesekali kami melihat anak-anak Papua yang bermain di halaman rumah. Ada yang melambaikan tangan mereka kepada kami. 
Panorama Gunung Botak yang indah Sekali
Dari penuturan seorang tua bapak Jan Manusawai di Manokwari, bahwa sebelum  masa Perang Pasifik, daerah ini dikuasai oleh para petani Jepang. Mereka menanam tanaman jute yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Tiba-tiba saja sebelum Perang Pasifik pecah, mereka pulang ke negaranya. Kini tanaman serat jute yang berguna dan memiliki nilai ekonomis pembuatan tali maupun industri kertas terbengkalai begitu saja di sana.
Dua sepeda motor yang dikendarai oleh dua tukang ojek Papua ini melaju menyusuri jalan beraspal yang berlobang-lobang. Anak-anak muda ini lincah sekali. Sayang sekali, ketika hampir sampai di Gunung Botak, salah satu motor tiba-tiba mogok. Setelah memeriksa isi tangkinya, ternyata bahan bakarnya sudah habis. Maklum motor dua tak meskipun dapat berlari kencang, ternyata sangat boros bahan bakar. Salah satu kawannya, kembali ke kampung terdekat untuk membeli bahan bakar. Hari sudah sore ketika dia kembali dan kami pun bisa melanjutkan perjalanan ke Gunung Botak. Mengapa disebut Gunung Botak? Seperti yang tampak pada foto-foto di artikel ini, sebagian besar permukaannya tidak ditumbuhi pepohonan.
Kami berhenti di sebuah tanjung untuk mengambil gambar pemandangan pegunungan, teluk dan perairan yang indah sekali. Panorama Gunung Botak di daerah Manokwari Selatan ini indah sekali dan layak dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. 
Anak-anak Papua yang baru saja kembali dari laut setelah memancing ikan
Beberapa kali Oma Gertraud berdiri bersama dengan tukang ojek itu dan beberapa anak muda Papua yang baru saja pulang dari laut untuk menangkap ikan. Mereka senang difoto bersama Oma Gertraud. Langit mulai ditutupi awan tebal pertanda sebentar lagi hujan lebat segera turun. 
Saya segera memasukkan kamera digital Nikon Coolpix P500 ke dalam tas dan menyelubunginya lagi dengan kantong plastik agar tidak dirusaki oleh air hujan. Kami pun kembali dan tiba di Ransiki di malam hari.
Ingin Jalan-jalan ke Gunung Botak?
Gunung Botak yang indah ini terletak di tepi Teluk Cendrawasih yang indah sekali pemandangannya. Selain menikmati pemandangan, Anda bisa berenang dan snorkeling di sana. Kalau Anda tertarik ke Gunung Botak, terbanglah ke kota Manokwari. Cara yang paling murah adalah dengan naik kapal PELNI. Setelah itu, naiklah kendaraan umum (harganya kira-kira Rp. 50.000/orang) yang akan membawa Anda ke kota Ransiki. Sesampainya di sana carilah tukang ojek (antara Rp. 100 ribu hingga 200 ribu per orang) yang akan mengantar Anda ke Gunung Botak. Di kota Ransiki ada penginapan yang harganya cukup terjangkau (kurang lebih Rp. 150 ribu/malam).

Sunset Indah di Pulau Saonek

Pulau kecil namun mempunyai keindahan panorama sunset yang memesona. Itulah pulau Saonek, pulau kecil di depan Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.
Senja di pulau Saonek adalah daya tarik utama pulau ini. Alam Papua yang cerah ikut menyumbangkan pesona matahari tenggelam di Saonek. Sunset di Saonek selalu dihiasi dengan beberapa kapal yang hilir mudik. Sejatinya hal itu justru menambah kesyahduan alam Saonek. Matahari jingga yang pelan-pelan turun dari langit membuat perairan Saonek berubah warna menjadi keemasan. Belum lagi awan yang terserak tak beraturan, menambah nuansa alam yang begitu indah. Jangan lupa, abadikan pemandangan sunset Saonek dengan kamera Anda. Lukisan Tuhan di langit Saonek sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Saonek dulunya adalah pusat pemerintahan Raja ampat. Itu mengapa, fasilitas Saonek tidak berbeda jauh dengan Waisai yang kini menjadi ibukota Kabupaten Raja Ampat. Di tempat ini, komunikasi relatif lebih mudah dilakukan karena sudah dibangun provider telepon selular. Selain itu sudah dibangun sebuah pembangkit listrik tenaga diesel dan pembangkit listrik tenaga surya. Jalanan di desa ini masih sangat bersih, tertata rapi, dengan pantai yang indah dan penginapan yang relatif murah. Beberapa orang bahkan lebih menyarankan wisatawan untuk menginap di  Saonek daripada Waisai. Pantai Saonek juga sangat indah. Pasirnya putih bersih dengan air laut yang warnanya kombinasi hijau kebiruan. Ombaknya kecil, Anda bisa berenang dengan leluasa disini sambil melihat kekayaan biota laut yang tak kalah indah dengan spot-spot snorkling dan diving unggulan Raja Ampat. Dari atas jembatan pelabuhan, kita bisa melihat ratusan ikan berwarna-warni bermain dengan asiknya. Tanda bahwa peraiaran Saonek masih sangat bersih dan nyaman untuk habitat aneka penghuni laut. Menyelam di perairan Saonek kita akan bertemu dengan aneka ikan hias, lion fish, balfish, barakuda dan masih banyak lagi.
Keindahan Saonek membawa berkah untuk daerah ini. Pada tahun 2010 lalu, kemolekan alam Saonek membuat salah satu production house membuat film televisi dengan latar belakang alam dan kehidupan warga Saonek. FTV berjudul “Mutiara Hitam” ini memperlihatkan kehidupan masyarakat Papua khusunya Raja Ampat. Beberapa pemandangan seperti rumah di tepi laut, suasana pasar Papua, budaya makan pinang, kehidupan nelayan digambarkan dengan apik pada setiap adegan. FTV Mutiara Hitam menceritakan kehidupan seoarng anak bernama Jeko Mambrasar yang bercita-cita menjadi pemain sepakbola terkenal seperti Boas Solossa. Setiap adegan yang bergulir memperlihatkan keindahan panorama pulau Saonek.
Dari Sorong terdapat kapal yang tiap hari pulang pergi ke pulau Saonek. Tiket kapalnya berkisar Rp. 120 ribu per orang.  Cukup mudah bukan?. Oya, selama di Raja Ampat, sempatkan untuk mengunjungi pulau Wayag yang indah, desa wisata Arborek dan pantai Waisai Tercinta.


Tugu Mac Arthur


Situs Mac Arthur di Papua

Tugu Mac Arthur merupakan situs yang dilindungi sebagai cagar budaya. Tugu ini terletak di Gunung Ifar Kabupaten Jayapura, Papua. Situs ini, sebagaimana dijelaskan dalam prasati, merupakan Markas Besar Umum Wilayah Pasifik Barat Daya. Dalam prasasti diceritakan, pada saat musim panas tahun 1944, suatu hamparan kompleks Markas Besar terserak di tempat ini kemudian didirikan di lokasi ini. Akhirnya berpangkalanlah di Sentani suatu Markas Besar Umum Daerah Pasifik Barat Daya; Angkatan Darat Amerika Serikat di Timur Jauh; Angkatan Udara A.S di Timur Jauh; Armada Ke-Tujuh; Angkatan Udara Ke-Lima; Angakatn Darat Ke-Enam; Angakatan Darat Ke-Delapan; Pasukan Pendaratan Sekutu; dan Angakatan Udara Sekutu. Perencanaan dan penyelenggaraan untuk penyerangan Pilipina dilaksanakan dari tempat ini di bawah pengarahan Jenderal Douglas Mac Arthur.
 
Oleh: Mukhotib MD pada 1 Dec 2011 12:56

Budaya dan Keindahan papua

Papua negeri yang elok di timur indonesia, papua di tinggali banyak suku, dan setiap suku di papua mempunyai adat istiadat yang berbeda.
kebudayaan papua masih kebudayaan murni karena dalam kesehariannya masih menggunakan peralatan dari batu dan masih bercocok tanam secara tradisional dan berpindah pindah.
selain adat istiadat tarian papua pun banyak ragam dan macamnya semuanya mencerminkan suku yang ada di papua, umumnya tarian papua sangat dinamis dan mencerminkan kegembiraan.
pakain adatnya pun sangat eksotis dengan hiasan di kepala yang mencerminkan  budaya papua.
bukan hanya budayanya papua juga menyimpan wisata yang luar biasa dari salju abadinya di pegunungan jaya wijaya sampai pantai pantainya yang indah dan masih asli dan alami. jadi kalau ke indonesia jangan lupa berkunjung juga ke papua tanah yang elak bagaikan surga , tanah yang terberkati.
berikut beberapa foto budaya paua dan ke indahan papua :





Pendekatan budaya


Budaya Papua (IST)
itoday - Pendekatan budaya merupakan cara yang paling ampuh untuk menyelesaikan berbagai persoalan di bumi Papua.
“Semestinya pendekatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah Papua adalah mengedepankan pendekatan budaya, dengan tanpa menegasikan pendekatan lainnya seperti keamanan,” kata Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Prof Dr Bambang Wibawarta kepada wartawan, Rabu (16/05).
Kata Bambang, membangun dengan pendekatan budaya adalah menempatkan manusia pada tataran tertinggi dalam setiap perubahan, dengan mengedepankan dialog. “Budaya ini terkait dengan pendidikan, ekonomi atau kesejahteraan, hukum, character building, dan sebagainya,” ujar Bambang.
Bambang pun menegaskan bahwa negara harus hadir pada bagian-bagian yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Papua, seperti dalam masalah pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Selain itu, potensi Papua juga harus disadari tidak hanya berupa sumber daya alam, namun yang juga sangat penting adalah sumber daya budayanya.
“Inilah yang harus dikelola dengan baik, melalui suatu strategi kebudayaan yang komprehensif. Akar permasalahannya-lah yang harus diselesaikan, bukan hanya gejala yang muncul di permukaan. Hanya kacamata budaya yang mampu melihat dan mendalami hal ini. Dengan potensi budaya yang sangat luar biasa dan sangat beragam, strategi kebudayaan merupakan jawabannya,” pungkas Bambang.

Ditulis pada 16 May 2013

Selasa, 25 Februari 2014

Nikmati Papeda Dan Ikan Kuah Kuning Sambil Melihat Keindahan Alam Papua


Selain kaya dengan keindahan alam dan pesona bahari yang ada di pulau ini, ternyata wisata di Papua tidak hanya untuk alam dengan eksotis pulau tersebut. Salah satu daya tarik dari pulau ini adalah wisata kuliner di Papua yang diantaranya terdapat di bawah ini.

1. Papeda

Papeda adalah salah satu kuliner khas Papua dan Maluku. Makanan ini juga salah satu makanan Pokok untuk masyarakat disana, biasanya Kuliner ini akan disajikan saat ada acara - acara adat dan besar. Namun sekarang makanan ini sudah banyak dijual di Rumah makan.


Salah satu wisata kuliner di Papua ini berbahan baku batang pohon sagu, cara memasaknya yaitu dengan cara - cara tradisional. Batang utama pohon sagu yang cukup tua digunakan untuk mendapat sari patinya, yang akan digunakan sebagai tepung sagu murni.

Ternyata makanan ini juga sudah banyak dikenal di berbagai wilayah seperti di Sulawesi Selatan, yaitu masyarakat daerah Luwu. Terdapat juga di Negara Malaysia dan Brunai dengan sebutan Linut. Cara pembuatannya cukup mudah dan tidak ribet. Untuk lebih tahu anda dapat mengujungi tempat ini sambil menikmati indahnya pulau ini.

2. Ikan Kuah Kuning

Indonesia mempunyai keragaman suku, bahasa dan budaya apalagi jika berbicara mengenai kulinernya. Dan di daerah yang berada di ujung wilayah indonesia yaitu papua terdapat kuliner khas papua dengan nama Ikan Kuah Kuning.

Ikan ini disajikan seperti nama kuliner khas papua ini, tampil dengan warna kuning yang terdapat hiasan tomat dan cabe merah. Masakan ini berbahan dasar dari ikan tuna atau ikan cakalang dengan bahan-bahan alami yaitu kunyit, tomat, cabai, santan, daun salam dan lain-lainnya.

Cara membuat masakan ini cukup mudah, ikan yang sudah dipotong-potong akan direndam dan dilumuri dengan garam dan air asam selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu ikan akan di goreng sampai matang. Untuk bumbu yang dihaluskan akan ditumis, dimasukkan santan dan ikan yang digoreng.

Biasanya ikan kuah kuning ini akan disajikan dengan papeda. Namun jika anda lebih suka nasi putih, anda dapat menjadikannya sebagai penggantinya. Selain menikmati wisata di Papua dengan alam yang indah dan mempesona, anda dapat menikmati wisata kuliner di Papua ini. 

Sambal Colo-Colo, Sambal Pedas Dan Favorit Di Papua


Wisata kuliner di Indonesia sangat beragam dan menjadi hal yang disukai oleh para wisatawan yang sedang berkunjung ke Indonesia tepatnya di bagian timur tanah air ini. Ketika Anda melakukan perjalanan wisata di Papua, anda akan menemui kuliner khas Papua dengan nama sambal colo-colo yang terkenal dengan rasa pedasnya.
Sambal colo-colo merupakan kuliner khas Papua yang terkenal pedas dan menjadi salah satu menu favorit yang biasanya akan menemani makanan lainnya saat berwisata di Papua. Di Indonesia sambal adalah makanan yang biasanya digunakan untuk menambahkan menu sambal di setiap hidangan makanan.

Biasanya makanan ini akan menemani menu makan siang di sana. Di atas meja, telah disediakan tumis kangkung bunga pepaya, ikan masak kuah kuning, dan udang asam manis. Sambel ini akan menambah khas rasa pedas dan asam yang segar di mulut.
Dengan campuran rasa asam yang didapat dari jeruk nipis menambah sensasi rasa makanan dengan sambal ini. Rasa asamnya memang sedikit menutupi rasa pedas sehingga tidak terlalu terlihat rasa pedas dalamnya. Namun, dengan rasa segarnya akan menjadi hal yang berbeda saat anda menikmati sambel ini.
Salah satu wisata kuliner di Indonesia ini hadir dengan menggunakan cabai, bawang, dan sedikit potongan tomat yang diaduk dan di satukan. Sambal yang satu ini hanya menambah air jeruk nipis, dan tidak perlu memerlukan bahan lainnya atau cara pembuatan yang sulit.
Biasanya sambal ini akan dipesan dan menjadi pasangan makanan seperti ikan goreng, udang goreng, dan beberapa olahan makanan seafood lainya. Selain teman dari jenis makanan seafood, salah satu kuliner khas Papua ini menjadi teman makan dengan tahu dan tempe goreng favorit.

Sambal colo-colo ini merupakan makanan asli dari derah Ambon dan Manado. Namun sudah banyak dinikmati dan di kenal saat para wisatawan saat melakukan perjalanan wisata di Papua. Memang Wisata kuliner di Indonesia tidak akan ada habisnya.
 

Papeda



Papeda atau bubur sagu, merupakan makanan pokok masyarakat Maluku danPapua. Makanan ini terdapat di hampir semua daerah di Maluku dan Papua.
Papeda dibuat dari tepung sagu. Pembuatnya para penduduk di pedalaman Papua. Tepung sagu dibuat dengan cara menokok batang sagu. Pohon yang bagus untuk dibuat sagu adalah pohon yang berumur antara tiga hingga lima tahun.
Mula-mula pokok sagu dipotong. Lalu bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah. Tepung sagu kemudian disimpan di dalam alat yang disebut tumang.
Papeda biasanya disantap bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atauikan mubara dan dibumbui kunyit dan jeruk nipis.
 

Selasa, 11 Februari 2014

komodo island

Komodo National Park lies in the Wallacea Region of Indonesia, identified by WWF and Conservation International as a global conservation priority area.  The Park is located between the islands of Sumbawa and Flores at the border of the Nusa Tenggara Timur (NTT) and Nusa Tenggara Barat (NTP) provinces. It includes three major islands, Komodo, Rinca and Padar, and numerous smaller islands together totaling 603 km2 of land. The islands of Komodo and Rinca, their jagged hills carpeted with savannah and fringed with mangroves, are home to a few hundred fishermen and the legendary Komodo dragon .

pulau-komodo
Komodo Island

The world’s largest lizard, known locally as ora, it can reach over 3m in length and weigh up to 100kg. It hunts alone and feeds on animals as large as deer and buffalo, both of which are found here. The males also try to eat the females’ eggs, inevitably sparking a vicious battle of the sexes.These isolated islands are surrounded by some of the most tempestuous waters in Indonesia.

The convergence of warm and cold water currents breeds nutritious thermal climes, rip tides and whirlpools that attract large schools of pelagics, from dolphins and sharks to manta rays and blue whales. The coral here is pristine. Add it all up and you have some ofthe best diving in the world, which is why live aboards based in Bali and Lombok ply these waters between April and September when the crossing is smooth and the diving at its finest.

VISITING KOMODO NATIONAL PARK

komodonationalpark-welcome
This national park (www.komodonationalpark.org), a Unesco World Heritage site, encompasses komodo, Rinca, several neighbouring islands, and their incredibly rich marine ecosystem. A three-day visitor permit includes your park entrance fee (40,000Rp adult or child) and the conservation fee (US$20 adult/US$10 child), collected on arrival by rangers.
A short, guided dragon-spotting trek is included with your entrance fee. For a longer, hour-long trek on Rinca you’ll pay an additional 50,000Rp. On Komodo, where the hiking is superb, you can pay from 50,000Rp to 250,000Rp for guided treks that range from flat 3km strolls to steep 10km hikes up and over peaks and into deep valleys. Arrange your trek upon registration in Komodo.

All guides speak some English and they are very knowledgeable about the islands’ flora and fauna. A camera permit is another 25,000Rp. Komodo is one of the driest corners of Nusa Tenggara, and heavy rains are not common. However, the seas are calmest between April and September.

KOMODO DRAGONS

komodo1
Komodo Dragons
There were rumours of these awesome creatures long before their existence was confirmed in the West . Fishers and pearl divers working in the area had brought back tales of ferocious lizards with enormous claws, fearsome teeth and forked yellow tongues. One theory holds that the Chinese dragon is based on the Komodo lizard. The first Dutch expedition to the island was in 1910 , two of the dragons were shot and their skins taken to Java, resulting in the first published description. The Komodo dragon is actually a monitor lizard. All monitors have some things in common: the head is tapered, the ear openings are visible, the neck is long and slender, the eyes have eyelids and round pupils, and the jaws are powerful. But the dragons also have massive bodies, powerful legs (each with five-clawed toes) and long, thick tails (which function as rudders underwater, but can also be used for grasping or as a potent weapon).

The body is covered in small, non-overlapping scales; some may be spiny, others raised and bony.The dragons’ legs allow them to sprint short distances, lifting their tails as they run. When threatened, they’ll take refuge in their normal resting places – holes, trees (for the smaller ones) or water. They are dangerous if driven into a corner and will then attack even a much larger opponent. Komodo dragons often rise up on their hind legs just before attacking, and the tail can deliver well-aimed blows that will knock down a weaker adversary. Their best weapons are their sharp teeth and dagger-sharp claws, which can inflict severe wounds.

komodo-dragon-2
Hunt and eat.
Komodo dragons have a very keen sense of smell. All monitors feed on other animals – small ones on insects, larger ones on frogs and birds, and the ora (the local name for the dragon) on deer, wild pig and water buffalo. Ora can expand their jaws considerably, enabling them to swallow prey as large as a goat. To tackle even bigger prey, they ambush their victim, bite it and wait for the potent bacteria their mouths contain to take effect – waiting around for up to two weeks for a buffalo to die – before tucking in. Mature dragons are also cannibalistic, and small ora live the first five years of their lives up in trees for safety, not moving to ground level until they are 1m in length. Of all the monitors, the ora lay the largest eggs – around 90mm long and weighing around 200g.

The female lays 15 to 30 eggs at a time and often buries them in the wall of a dry river. She then protects her cache for three months from predators – including male dragons. The incubation period is nine months. Komodo dragons are not relics of the dinosaur age; they’re remarkably versatile, hardy modernlizards, if not exactly sensitive and New Age. Why they exist only on and around Komodo is a mystery, as is why males outnumber females by a ratio of 3.4 to one. Around 1300 ora live onKomodo, perhaps 1100 on Rinca and a small number (around 50) on the west coast of Flores. Today the ora are a protected species.

Wakatobi, Travel For The Adventurous

Wakatobi is an acronym of Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia and Binongko which is the name of four major islands in the Wakatobi National Park

Wakatobi National Park is one of 50 parks in Indonesia nasoinal located in the Wakatobi district, Southeast Sulawesi province. National Parks of the total area of 1.39 million ha, about marine biodiversity, and scale of reef condition ranked the highest priority of marine conservation in Indonesia. The depth of water in the national park was varied, the deepest reaching a kilometer below the sea surface, Wakatobi National Park is now a research center under the World ocean.



Wakatobi archipelago has a natural pristine, quiet with fresh sea water, underwater caves adjacent to each other that are served exclusively for true nature lovers. It could be said that the region is the tourist area of Indonesia's first marine park.

Clusters of coral reefs can be found tens of hundreds of types of family are located along hundreds of kilometers of coastline. In some places along the reef there are some underwater caves. Wakatobi has nearly a hundred species of colorful fish, king prawns erasia and some types of turtles that often lay eggs on the beach. There are also many kinds of sea birds such as swans perched on the coral-stone chocolate and kettle melayu fly to sea to hunt fish.

Although diving can be done anytime, but the months of April and December are the best months for diving because the weather was very good. In addition to diving and snorkeling at the beach are also specially provided motor diving, snorkeling tours and exploration on the islands. Of a small area located beside the area of 8 km2 Tomia island, called Pulau Tolandona (Onernobaa Island) is unique because the island is surrounded by the beautiful sea garden.


If you want to visit to Wakatobi, in the months from July to September the waves can be as high as mountains. However, for those of you that adventurous, big waves do not become impediments to visit the cluster of islands in the Banda Sea and Flores Sea this. But if you want more, secure ', the month of October to early December is the best option to enjoy the beauty of Wakatobi

Wakatobi National Park location, preferably through the odor-odor, then to Lasalimu using four-wheeled vehicles with a travel time of about two hours. selanjunya to Wangi-Wangi Island - Wanci (Capital City Wakatobi) travel undertaken using a ship with a travel time of about an hour.

Wangi-Wangi Island is the Wakatobi National Park Gate.
On the island is found a few resorts that specifically renting some facilities for diving activities. This island is the gate of Wakatobi National Park


Kaledupa Island, from Wangi-Wangi toward the Kaledupa island with a ship pinisi.
In Kaledupa there Kaledupa Coral, coral table (table-shaped rock) measuring 2-3 meters

Hoga Island, from Kaledupa island crossing to the island of Pulau Hoga  approximately 30 minutes travel
Hoga Island is one of the favorite places of professional divers and abroad. and in the months from June to August so many visitors, especially students from Europe and America to study the marine biota
There are about 200 lodging simple form of small wooden houses on stilts scattered in parts of the island.
Very beautiful white sandy beaches coupled with waving palm trees and very clean.
From the dock looking pemandngan under the water looks crystal clear sea of colorful fish playing in the cracks of coral
A dive sites or dive site, located between the island of Hoga and Kaledupa.
Dive to depths of 20 meters using a wet suit (wet suits), shoes frogs (fin), mask, and oxygen canisters, or just snorkel goggles with a hose ran up to nyemplung into the sea.
Looks paradise "under the sea. Gather colorful reef here and there. Anemone fish clown fish or play on the sidelines of anemones soft corals which became their home.

Hoga Island , Indonesia best reef island

Indonesia islands near the island of Buton island which is touted as "the heart of the world's coral". In these waters that did appear a natural wonder of underwater ecology. Best cluster coral island stretches about 48 kilometers, with an area of ​​90 thousand hectares, which makes it the longest reef in the world. Hoga Island is one of the islands in the cluster of Wakatobi island, Southeast Sulawesi province, Indonesia, which is also a tourism island's with most beautiful underwater world scenery.The island is located in the eastern of Kaledupa island. Hoga Island located in the Ambeua Village, who is also an activity center Operation Wallacea since 1995 until now. Have the infrastructure that detailed supporting activities such as diving, snorkeling and research. In addition, there are ± 100 local community-run homestay located just behind the white sand beaches along the ± 1 km. Area of ​​marine tourism on the island of Hoga can be reached by speed boat from the Capital District of ± 10 minutes. Activities to do is dive, snorkeling, sunbathing, and research.


Pulau+Hoga+2


The land of Hoga island that looks greenish and beautiful with white sand surrounded by the sparkling sunlit, can pamper you who want to feel the sensation of natural beauty of a tropical island on the southern Sulawesi. Hoga island has an area of ​​approximately 1.3 million acres and which is a combination of several islands. The island has about 750 until 850 species of coral in the world. Hoga Island is one of the favorite places of professional divers and abroad. and there are so many visitors in June to August, especially students from Europe and America where doing some research of marine life. There are about 200 specialty simple, shaped house with small wooden stage, spread over most of the island.


Very beautiful white sandy beaches, and it has a very cleary water, until you can see the fish were swim in the depth of water. A dive site is located between the islands of Hoga and Kaledupa have a very panoramic underwater views. Dive to a depth of 20 meters at the Hoga Channel by using the wet suit, fin, mask, and tubing oxygen, or simply snorkel goggles with tubes sticking up will appear "paradise" under the sea became the target of every diver. Colorful corals gather here and there. Anemone fish or clown fish playing on the sidelines of soft corals anemones which use as home.


Besides Hoga Channel, there are about 20 dive sites scattered in Wakatobi waters. Pinnacle site, near Hoga Island. There are called Kaledupa Coral, coral table (table-shaped rock) and sized 2-3 meters in Tomia Island there were Hangover Reef. Each dive site has a unique Characteristic. The structure of coral Pinnacle's most beautiful, mountainous coral, as the name suggests, Pinnacle or "peak". this location also a home for typical barracuda fish habitat. Fish-shaped oval like a bullet and can glide very fast, barracuda fish swarming life. also found pygmy, sea horses which is so small.

Wakatobi+Conservation+AreaHypselodoris-apolegma-Hoga
Hoga beach-Wakatobi as a tourism object of Southeast Sulawesi never empty from tourists. Other than domestic tourists are also always traveling to this island every holiday season arrives. For lodging, the Hoga Island have some comfortable lodging and adequate. Most of them here has a range of Rp 200000-300000 per day. Mostly, the inn which is made of wood and no air conditioning or fan. This will also make you more naturally to enjoy every minutes on the island of Hoga. In addition, there are also Hoga Island dive center that can help you if you want to dive. But the source of fresh water on this island does not exist, just a well of brackish water and fresh water from the distillery's local manager.

How to get there

for those of you who want to go there, to reach the Hoga Island can be reached via two paths with some alternative way, which is:

1. By sea, there are two options. From Kendari through Baubau in Buton, or directly Kendari to Wanci. Baubau may be an alternative stopover for those of you which have not too strong enough from a hit by the waves. Understandably, long way from Wanci to Kendari cruise about 12 hours. If passed Baubau, you can take a break while enjoying the famous Buton palace in Baubau. Kendari-Baubau normally taken within 6 hours, then Baubau-Wanci taken within 8 hours.

2. By air, there are planes that connect Kendari from the airport Matahora in Wanci, as the capital of Wakatobi. Susi Air is the one airline that provide this air transport, the travel distance is less than 1 hour. There also actually has an airport pioneer on the Tomia island owned by some resort. If you are interested, these all you can get from booked some room at the resort, but this step has little bit more expensive.