Pasar Hamadi, yang sejak keberadaannya dibuat sudah menjadi salah satu tempat wisata yang dikunjungi bukan hanya untuk turis domestik saja melainkan turis dari luar negeri. Pasar Hamadi ini beroperasi setiap hari, dari pukul 09:00 – 22:00 WIT, biasanya ramai dikunjungi pada saat menjelang liburan sekolah ataupun libur Hari Raya Besar.
Pajangan ini biasanya dibuat oleh penduduk yang tinggal di perbatasan Papua New Guinea. Ada juga Tifa, umumnya diproduksi oleh penduduk Sentani, ditawarkan dengan harga Rp 150.000; sementara Tifa yang diproduksi oleh Suku Asmat lebih mahal karena terbuat asli dari kulit biawak, dijual seharga Rp 1.500.000.
Noken, tas rajutan dari serat kayu, yang merupakan khas penduduk Wamena dijual dengan harga Rp 75.000 – Rp 150.000 untuk ukuran kecil – sedang, sementara ukuran besar, yang dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Wamena digunakan untuk menggendong anak di belakang dijual seharga Rp 400.000 – Rp 500.000.
oleh : Ria Juniwati-Arnelia Triwardini
Siapa
yang bisa menghindari kenikmatan belanja? Semua orang, tak hanya
wanita, tetapi juga kaum pria pastilah menyukai kegiatan ini. Nah, jika
anda bosan dengan tempat shopping yang ada di kota-kota besar, kini saatnya mengunjungi tempat shopping asyik yang terletak di sudut Indonesia, yaitu Jayapura.
Tempat shopping di sini tentu saja menawarkan aneka kerajinan khas Papua, yang unik dan memikat mata siapa saja.
Nah, jika anda mengunjungi Jayapura, jangan lupa untuk singgah di
Pasar Hamadi, demikian dikatakan oleh Ibu Nurhaini, salah satu pemilik
kios yang menjual pernak-pernik dan hasil kerajinan budaya Papua.
Para pedagang hasil kerajinan, yang kebanyakan dari Suku Bugis dan
Makasar umumnya melanjutkan usaha dari orang tuanya yang sudah
turun-temurun. Ada sekitar 8-10 kios yang tersusun rapi di sepanjang
Jalan Argapura – Pasar Hamadi ini, yang semuanya menjual hasil kerajinan
tangan dan pernak –pernik khas budaya Papua yang berasal dari Wamena,
Sentani dan bahkan perbatasan Papua New Guinea.
Pasar Hamadi, yang sejak keberadaannya dibuat sudah menjadi salah satu tempat wisata yang dikunjungi bukan hanya untuk turis domestik saja melainkan turis dari luar negeri. Pasar Hamadi ini beroperasi setiap hari, dari pukul 09:00 – 22:00 WIT, biasanya ramai dikunjungi pada saat menjelang liburan sekolah ataupun libur Hari Raya Besar.
Apa saja yang ditawarkan di Pasar Hamadi ini? Mari kita lihat satu
per satu. Pertama, saya sangat tertarik dengan kerajinan patung-patung
kayu dengan motif asmat, ukiran dipahat dengan sangat detail dan
terlihat rapi, ada yang dicat dengan warna hitam ataupun dipernis saja
sehingga terlihat lebih natural.
Harga patung yang ditawarkan cukup bervariasi, ukuran kecil –
sedang sekitar Rp 60.000 – Rp 100.000. Ukuran besar 150.000- 400.000.
Sementara pajangan dinding dengan relief patung yang berbentuk oval,
berkisar Rp 400.000 – Rp 1.500.000.
Pajangan ini biasanya dibuat oleh penduduk yang tinggal di perbatasan Papua New Guinea. Ada juga Tifa, umumnya diproduksi oleh penduduk Sentani, ditawarkan dengan harga Rp 150.000; sementara Tifa yang diproduksi oleh Suku Asmat lebih mahal karena terbuat asli dari kulit biawak, dijual seharga Rp 1.500.000.
Lukisan kulit kayu pun tak kalah menariknya, dengan motif burung
cenderawasih, didesain dengan perpaduan warna yang cerah dan eksotis
ditawarkan dengan kisaran harga Rp 35.000 – 150.000 ukuran kecil-sedang,
sementara ukuran besar sekitar Rp 750.000 – Rp 1.000.000.
Sementara pernak-pernik yang diadopsi dari kebudayaan masyarakat
papua sehari-hari, seperti: koteka dijual dengan harga Rp 30.000 – Rp
90.000., pajangan kampak Rp 75.000.
Konon masyarakat Papua dalam berburu menggunakan 3 buah alat,
antara lain: panah, tombak dan tulang kasuari. Saya melihat pajangan
tulang kasuari ini begitu unik, lengkap dengan sarungnya dijual seharga
Rp 125.000.
Noken, tas rajutan dari serat kayu, yang merupakan khas penduduk Wamena dijual dengan harga Rp 75.000 – Rp 150.000 untuk ukuran kecil – sedang, sementara ukuran besar, yang dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Wamena digunakan untuk menggendong anak di belakang dijual seharga Rp 400.000 – Rp 500.000.
Ikat kepala atau lebih tepatnya mahkota yang biasa dipakai oleh
Kepala Suku pada saat acara adat, juga tersedia di tempat ini,
ditawarkan dengan harga yang cukup mahal. Desain yang sederhana namun
tetap mengandung unsur etnis, dijual dengan kisaran harga Rp 150.000,
sementara desain dengan perpaduan warna bulu burung kasuari yang sangat
cantik dan mewah ditawarkan dengan harga Rp 500.000 – Rp 850.000.
Bagi kaum wanita yang suka sekali dengan asesoris yang etnik,
tersedia juga berbagai macam jenis kalung, gelang tangan, gelang kaki,
cincin, ikat rambut yang desain cantik dan pastinya ketika anda melihat
akan dibuat tertarik untuk membelinya. Harga yang ditawarkan dari Rp
5.000 – Rp 75.000. Tas rajutan khas Papua sebagai pelengkap penampilan
dijual seharga Rp 125.000.
Dan masih banyak lagi pernak-pernik unik dan etnis yang disediakan
di tempat ini, dan semuanya itu tidak kalah bagus dan menarik
dibandingkan produk luar negeri. Mari kita lestarikan produk anak bangsa
dengan menggunakan produk dalam negeri.
oleh : Ria Juniwati-Arnelia Triwardini
sumber : www.beritaderah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar